Traditional Games Returns

Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar!

Lihat Anak Kecil Nonton Konten Brain Rot Dibiarin? Jangan Ya Dek Ya!

Selasa, 13 Agustus 2024 ~ Oleh Traditional Games Returns ~ Dilihat 274 Kali

  Halo Sobat TGR! Apakah kalian punya anak atau adik yang termasuk Generasi Alpha1? Jika iya, maka coba deh perhatikan apakah mereka terpaku pada gawai atau tidak? Screen time mereka sering melewati batas wajar atau tidak? Hati-hati ya sobat, jangan sampai si kecil brain rot!

  Brain rot sendiri secara etimologi diambil dari bahasa Inggris yaitu “brain” berarti otak, sedangkan “rot” berarti busuk. Namun brain rot di sini bukanlah otak yang membusuk secara harfiah, melainkan otak yang menjadi disfungsi dikarenakan terlalu banyak mengonsumsi media sosial. 

  Hal ini telah menjadi sebuah fenomena khususnya pada anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa. “Kan masih di Amerika Serikat dan Eropa aja…buat apa khawatir?” Eits…jangan salah, fenomena ini bisa berdampak ke siapa saja tidak mengenal usia, jenis kelamin dan tempat tinggal lho! Lantas apa sih sebenarnya brain rot itu? Sobat TGR sudah bertanya-tanya? Yuk simak pembahasannya!

Ilustrasi Anak Kecanduan Gawai

Apa itu Brain Rot

  Konsep brain rot sebenarnya bukanlah hal yang baru, konsep ini sudah diperkenalkan oleh para peneliti dari Rumah Sakit Anak Boston, Amerika Serikat pada tahun 2007 lalu. Dilansir dari artikel yang ditulis oleh Newport Institute (2024), brain rot adalah sebuah kondisi mental yang kacau, lemah, berkurangnya perhatian terhadap sekitar serta penurunan kognitif diakibatkan oleh terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar khususnya media sosial.

  Dilansir dari New York Times (2024), Michael Rich  seorang dokter anak sekaligus pendiri Digital Wellness Lab di Rumah Sakit Anak Boston berpendapat bahwa istilah ini menggambarkan efek dari aktivitas online yang berlebihan. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa brain rot sendiri merupakan kondisi seseorang kecanduan media sosial secara akut. Hal ini juga disebabkan oleh beberapa konten yang terindikasi sebagai konten brain rot. Lalu apa sih yang menyebabkan brain rot? Konten yang seperti apa? Jangan beranjak dulu, stay tuned!

Ilustrasi Brain Rot

Penyebab Brain Rot pada Anak di Bawah Umur 

  Penyebab dari brain rot sebenarnya sudah disinggung tipis-tipis di atas, yaitu penggunaan media sosial yang berlebih. Media sosial dapat menciptakan sebuah ekspetasi yang tidak realistis bagi pengguna, baik untuk orang dewasa dan remaja terutama pada anak-anak. Namun tentunya tidak sesederhana itu Sobat TGR, terdapat beberapa penyebab dari brain rot sebagai berikut :

1. Format Video Pendek 

  Dewasa ini, pastinya Sobat TGR sudah tidak asing dengan konten video pendek bahkan sudah menjadi hal umum untuk mencari hiburan. Mudahnya akses, dapat dilihat secara vertikal, dan durasi video tidak lama tentunya sudah menjadi meta2 baru untuk menghibur pengguna media sosial. Namun, konten dengan format ini ternyata memiliki efek yang buruk lho, yaitu menimbulkan ketergantungan.

  Menurut seorang content creator YouTube yaitu Duzzle melalui videonya berjudul “Bagaimana Video Pendek Merusak Pikiran Kalian?” (2023), kehadiran media sosial seperti TikTok pada tahun 2019 merevolusi standar manusia dalam menikmati sebuah konten melalui format video pendeknya, memungkinkan pengguna mendapatkan informasi dalam waktu yang singkat serta fleksibel. Fenomena ini lebih masif lagi pada saat pandemi dimulai, sehingga beberapa perusahaan media sosial mengalami Tiktokfication dengan menciptakan fitur dari UI interaksi hingga AI algoritma yang mirip dengan TikTok, sehingga lahirlah Instagram Reels dan YouTube Shorts. 

  Algoritma seperti TikTok ini diadopsi oleh Instagram Reels dan YouTube Shorts sehingga memungkinkan untuk terus menyuguhkan video pendek yang sesuai dengan minat pengguna. Hal ini mengubah standar orang-orang menikmati sebuah konten video, sehingga konten dengan fase yang cepat lebih menarik untuk dinikmati. Para pengguna tinggal duduk manis saja tanpa perlu “jemput bola” untuk menikmati konten sehingga menyebabkan doomscrolling3 yang memungkinkan para pengguna, terutama anak-anak akan terus menerus terpaku pada layar gawai dan terkena brain rot.

Ilustrasi Doomscrolling

2. Konten Brain Rot

 

Ilustrasi Konten “Sampah” di Instagram (Reels) Maupun YouTube (Shorts)

(Dokumentasi TGR Community, 2024)

  Sobat TGR pernah gak sih ketika sedang membuka aplikasi seperti TikTok, Youtube Shorts, ataupun Instagram Reels malah ketemu konten yang terkesan random dan gak nyambung seperti di atas? Wajar kok jika sobat merasa konten tersebut aneh dan tidak nyaman, karena konten ini dapat dikategorikan sebagai konten “sampah” atau bisa disebut konten brain rot dan biasanya orang dewasa tidak akan tertarik terhadap konten ini. Namun berbeda jika yang mengonsumsi konten adalah anak di bawah umur.

  Anak di bawah umur yang telah diberi gawai oleh orang tuanya merupakan sasaran dari konten seperti ini. Paduan dari berbagai warna yang mencolok, hingar-bingar sound, gerakan yang cepat, heboh dan tentunya repetitif akan menarik perhatian anak di bawah umur sehingga akan terus-menerus melihatnya hingga bosan. Tujuan dari konten ini hanyalah satu, yaitu untuk menaikan views4 tanpa memedulikan dampak dari konten tersebut dan alhasil anak akan terkena brain rot.

3. Minimnya Pengawasan Orang Tua

  Tentunya mengurus anak adalah hal yang melelahkan, terlebih lagi jika Sobat TGR lelah bekerja seharian penuh. Terkadang beberapa oknum orang tua langsung mengambil jalan yang paling mudah yaitu memberikan gawai, solusi mudah, cepat, praktis dan anti ribet anak dijamin anteng5.

  Ternyata, hal tersebut merupakan salah satu kesalahan fatal para orang tua lho! Berdasarkan artikel Departemen Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (2021), salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak terpapar konten negatif (dalam kasus ini adalah konten brain rot)  adalah kurangnya pengawasan orang tua karena merasa aman ketika si buah hati bermain gawai. 

  Kurangnya pengawasan orang tua mengakibatkan screen time anak berlebih sehingga anak tersebut akan kecanduan konten brain rot melalui format video pendek. Apalagi internet sendiri terlalu luas untuk anak-anak yang masih di bawah umur.

Ilustrasi Seorang Ibu Mengawasi Anaknya

  Kombinasi dari format video pendek, konten brain rot yang memang bertujuan untuk menarik anak di bawah umur, dan minimnya pengawasan orang tua terhadap anak menjadi kombinasi yang pas untuk menyebabkan anak di bawah umur terkena brain rot. Lantas apa saja dampak dari “trio penyebab brain rot” ini terhadap anak di bawah umur? Jangan beranjak dulu sobat, yuk simak terus!

Dampak dari Penyebab Brain Rot Terhadap Anak di Bawah Umur

  Sudah bukan rahasia umum lagi jika pada zaman sekarang orang dewasa, bahkan anak-anak sekalipun telah kecanduan video pendek. Wahyudi, dkk (2024) melalui penelitiannya, berpendapat bahwa konsumsi konten video pendek terlebih lagi konten brain rot dengan berlebihan dapat mengganggu produktivitas dan kesadaran terhadap realitas, bahkan dapat mengancam kehidupan sosial masyarakat di masa  mendatang. Terlebih lagi jika konten video pendek ini dikonsumsi oleh anak di bawah umur karena dapat mempengaruhi perekembangan mereka.

  Perkembangan anak di bawah umur yang kecanduan konten video pendek brain rot akan mengalami lonjakan hormon dopamin, sehingga otak terus-menerus mencari rangsangan agar tidak cepat bosan.  Artinya, standar hiburan akan semakin tinggi, serta stimulasi yang terus-menerus mengakibatkan otak tidak memiliki kesempatan untuk menjadi kreatif dan anak akan mengalami kesulitan dalam mengatur informasi, memecahkan masalah, membuat keputusan, gangguan interaksi, kurang responsif/aware terhadap sekitarnya, lupa waktu serta menimbulkan rasa malas yang luar biasa (Sintia dan Hartati, 2023).

Ilustrasi Anak Bermalas-Malasan

  Ternyata dampaknya gak main-main kan Sobat TGR? Coba bayangkan perkembangan si kecil terganggu karena keegoisan kita yang tidak mau repot. Jika sobat masih kurang yakin terhadap dampaknya, coba nih lihat beberapa fenomena nyata dari brain rot!

Fenomena Nyata Brain Rot pada Anak di Bawah Umur

  Sobat TGR sadar gak sih kalau anak di bawah umur zaman sekarang, yaitu Generasi Alpha1 mudah sekali tantrum, melawan, dan malas? Itu salah satu indikasi dampak nyata dari brain rot lho! Perkembangan kognitif mereka telah diganggu oleh media sosial.

  Piaget dalam Sriastuti dan Masing (2022) menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia di sekitarnya. Oleh karena itu jika anak sudah kecanduan gadget sejak dini, maka perkembangannya akan terganggu. Cara mereka berkomunikasi dan berperilaku akan dipengaruhi oleh konten brain rot yang beredar melalui video pendek di media sosial, bahkan seakan-akan menjadi sebuah pedoman hidup.

  Oleh karena itu, jangan kaget jika pada zaman sekarang brain rot telah menjadi sebuah fenomena nyata. Berikut beberapa contohnya : 

1. Skibidi Toilet Syndrome (2023)

  Sebelum mengetahui apa yang dimaksud “Skibidi Toilet Syndrome”, Sobat TGR harus paham apa sih sebenarnya “Skibidi Toilet itu? Skibidi Toilet sendiri adalah animasi yang buat oleh animator bernama Alexey Gerasimov (dikenal sebagai DaFuq!? Boom!) dan diunggah melalui kanal YouTube-nya.

  Gerasimov sendiri sebenarnya menciptakan animasi dengan tujuan untuk me-remix lagu “Dom Dom Yes Yes” yang sedang ramai di TikTok. Namun karena animonya yang begitu besar, ia meneruskan produksi animasi tersebut hingga menjadi sebuah sekuel. Animasi ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai karya surreal6 yang absurd7 serta distrubing8, sehingga dapat menganggu penonton. 

  Jelas saja, karya ini menggambarkan toilet berkepala manusia sebagai karakter utama sekaligus antagonis yang berperang melawan manusia berkepala kamera, televisi dan radio (protagonis). Terlebih lagi toilet-toilet berkepala manusia ini menyanyikan lirik dari lagu “Dom Dom Yes Yes” tersebut. 

Skibidi Toilet

  Walaupun terkesan aneh dan “apaan sih?” bagi orang dewasa, namun animasi ini nyatanya gemari oleh anak-anak Generasi Alpha lho sobat! Bahkan animasi ini dianggap memicu kepanikan moral oleh banyak orang tua, bahkan otoritas Rusia sedang menyelidiki animasi Skibidi Toilet karena dampak merugikannya terhadap anak-anak (Di Placido, 2024).

  Anak-anak yang sering melihat Skibidi Toilet menjadi terobsesi hingga menirukan gerakan dan nyanyian dari animasi ini. Bahkan ketika dibatasi atau dilarang oleh orang tua untuk menonton animasi ini, beberapa anak terlihat marah, sehingga hal lahirlah fenomena ini yaitu “Skibidi Toilet Syndrome”. Fenomena ini tidak hanya di Amerika Serikat dan Eropa saja, bahkan sudah menyebar hingga Indonesia.

 

Ilustrasi Skibidi Toilet Syndrome

2. Terciptanya “Bahasa” Baru Gen Alpha (2024)

  Jika Sobat TGR sering berselancar di internet, maka tak jarang menemukan istilah-istilah baru yang sukar dimengerti oleh kita, yaitu slang language9 ala Generasi Alpha atau yang bisa dikenal sebagai bahasa Brain Rot. Kata-kata dari bahasa Generasi Alpha ini diambil dari beberapa tren di media sosial seperti potongan klip dari streamer10 yang tentunya dilihat mereka melalui video pendek dan lain sebagainya.

Bahasa Slang ala Gen Alpha

  Sebenarnya slang language merupakan hal yang umum muncul di berbagai generasi, namun “bahasa Generasi Alpha” ini termasuk sudah berada di tahapan yang berbeda, bahkan dapat tatanan berbahasa yang benar terutama untuk bahasa Inggris. Penggunaan kata yang terkesan acak dan tidak masuk akal serta artinya yang sebenarnya belum pantas untuk anak-anak, cukup meresahkan bagi para orang tua khususnya di Amerika Serikat.

  Setelah mengetahui apa arti, penyebab, dampak, dan fenomena nyata dari brain rot wajar saja kok jika Sobat TGR mulai khawatir. Memang pada masa sekarang rasanya tidak mungkin jika tidak memberikan sentuhan teknologi terhadap si kecil, namun jangan sampai brain rot merusak masa depan mereka.

  Alahkah baiknya sobat mulai mengawasi, membatasi, dan memberikan pengertian serta perhatian lebih agar si kecil tidak terlalu terpaku pada gawai. Serta jangan lupa untuk  membiasakan si kecil belajar mengenai dunia nyata secara langsung dengan dibawa ke luar, berinteraksi dengan orang-orang dan tentunya ajak mereka bermain permainan tradisional! Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar! (HRV).

  Untuk Sobat TGR yang ingin berkolaborasi dengan kami, mulai dari menjadi pengisi acara, tenant hingga narasumber, hubungi kami dengan klik tautan ini ya.

 

Referensi :

Abrams, Z. (2022, February 3). Why young brains are especially vulnerable to social media. https://www.apa.org. https://www.apa.org/news/apa/2022/social-media-children-teens 

Duzzle. (2023). Bagaimana Video Pendek Merusak Pikiran Kalian? [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=mvimPdTwEwg 

Fisip Universitas Airlangga. (2021). Tantangan internet Bagi orang Tua Dan anak-anak Di era digital. Departemen Informasi & Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. https://dip.fisip.unair.ac.id/tantangan-internet-bagi-orang-tua-dan-anak-anak-di-era-digital/ 

The Guardian. (2024, January 22). Skibidi toilet: What is this bizarre viral YouTube series – and does it deserve the moral panic? https://www.theguardian.com/culture/2024/jan/22/skibidi-toilet-youtube-series-viral 

Hemmila, K. (2024, April 11). Americans can’t read, what happens now? The Michigan Daily. https://www.michigandaily.com/arts/books/the-kids-cant-read/#google_vignette 

I’m too lazy to come up with a good title: How the internet makes your brain lazy. (2020, August 31). UMass Boston Sites Network. https://blogs.umb.edu/undercurrents/2020/08/31/im-too-lazy-to-come-up-with-a-good-title-how-the-internet-makes-your-brain-lazy/ 

Lucia Sriastuti, & Musa Masing. (2022). Application of Jean Piaget's cognitive learning theory in early childhood education. SOKO GURU: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 14-22. https://doi.org/10.55606/sokoguru.v2i1.101 

NDTV News. (2024, June 15). What is brain rot and why is the internet talking about it. NDTV World.https://www.ndtv.com/world-news/what-is-brain-rot-and-why-is-the-internet-talking-about-it-5889964 

The New York Times. (2024, June 13). 'Brainrot' Is the New Online Affliction. New York Times. https://www.nytimes.com/2024/06/13/style/brainrot-internet-addiction-social-media-tiktok.html 

Newport Institute Staff. (2024, January 10). Brain rot: The impact on young adult mental health. Newport Institute. https://www.newportinstitute.com/resources/co-occurring-disorders/brain-rot/ 

Placido, D. D. (2024, May 30). The surreal horror of ‘Skibidi toilet,’ explained. Forbes. https://www.forbes.com/sites/danidiplacido/2024/01/25/the-surreal-horror-of-skibidi-toilet-explained/ 

Portal Animasi. (2023). Bahaya dari Animasi Skibidi Toilet untuk Anak!! [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=VcD7lHxlkYI 

Scott, J. (2024, February 23). Is Gen Alpha’s obsession with screens turning into brain-rot? The Commander.https://www.uchscommander.com/opinions/2024/02/23/is-gen-alphas-obsession-with-screens-turning-into-brain-rot/ 

Shibata, S. (2024, July 6). What is Gen Alpha Slang? The Meaning Behind Words Like “Skibidi”, “Sigma”. FOX 5 New York. https://www.fox5ny.com/news/gen-alpha-slang-words-meaning-skibidi-sigma

Sintia, A., & Hartati, S. (2023). Dampak Media Sosial Tiktok Terhadap Perilaku Sosial Anak X dan Y di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Tigo Nagari Pasaman. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(1), 2329–2334. https://doi.org/10.31004/jptam.v7i1.5561

Visual Venture. (2024, July 20). The Disturbing Rise of Brain Rot Content for Kids [Video]. YouTube. https://youtu.be/pYOsZhxLSOM?si=x9JusU5ABhW0dI7f 

Wahyudi, R. A., Wibawa, F. A., & Fadhilah, M. H. (2024). Pengaruh Konten Short Video pada Kondisi Psikologis Manusia. Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora,, 3(2), 452–463. https://publisherqu.com/index.php/pediaqu/article/view/869 

 

Kamus Ringan (Glosarium) : 

1. Generasi Alpha: Generasi yang lahir dari tahun 2010-2025.

2. Meta: Kependekan dari Most Effective Tactics Available.

3. Doomscrolling: Istilah yang menggambarkan perilaku menelusuri media sosial secara terus-menerus.

4. Views: Sebutan sebuah fitur yang menunjukkan jumlah penonton yang menonton sebuah konten.

5. Anteng: Tenang ; diam ; tidak banyak tingkah.

6. Surreal: Seni yang menampilkan gambar objek yang nyata dalam kondisi yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata.

7. Absurd: Aneh ; Tidak masuk akal ; Menggelikan.

8. Disturbing: Menganggu.

9. slang language: Bahasa gaul.

10. Streamer: Orang yang melakukan siaran konten digital secara langsung melalui kanal media sosial atau platform khusus.





Traditional Games Returns Tgr Parenting Brainrot Brain Rot Kecanduan Media Sosial Jangan Ya Dek Ya
Komentari Tulisan