Halo, Sobat TGR! Siapa di sini yang masih sering mengingat kenangan saat masih kecil, coba angkat tangan! Saat segalanya berjalan begitu lambat dan kita masih tertawa lepas sambil bermain tanpa memikul beban walau hanya sebatas di pekarangan rumah. Nah, permainan tradisional merupakan bagian penting dari kenangan itu.
Apakah Sobat TGR sendiri masih ingat, permainan tradisional apa saja yang pernah kalian mainkan saat masih kecil? Ngomong-ngomong tentang permainan tradisional, pasti Sobat TGR sudah tidak asing dengan permainan yang dimainkan dengan gerakan melompat kan?
Selain karena keseruannya, permainan tradisional yang dimainkan dengan cara melompat mempunyai manfaat juga lho, khususnya untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan karena mampu membantu untuk meningkatkan kebugaran dan juga koordinasi tubuh. Jadi selain mampu membuat suasana menjadi menyenangkan, ternyata secara tidak langsung permainan melompat ini membawa manfaat untuk kesehatan Sobat TGR juga lho!
Di zaman sekarang, Sobat TGR pasti setuju kalau mulai banyak permainan tradisional yang dulu sering dimainkan, mulai tergeser keberadaannya dengan hadirnya game di gadget, kan? Nah, untuk mengurangi dampak dari adanya game elektronik, TGR punya rekomendasi permainan tradisional dengan gerakan melompat yang mungkin bisa dimainkan bersama teman-teman yang lain!
Apa permainan tradisional yang dimainkan dengan cara melompat di atas bidang datar yang telah digambar dengan pola kotak-kotak? Yaps betul sekali, permainan itu adalah engklek. Permainan ini dikenal dengan berbagai nama di daerah lain, seperti dampu bulan di Betawi (Jakarta), setatak di Riau, dan siki doka di NTT.
Ilustrasi Anak-Anak Bermain Engklek
(Dokumentasi TGR Community, 2021)
Fun fact nih, asal-usul engklek tidak diketahui secara pasti lho, namun ada pendapat yang menyebutkan bahwa engklek diperkenalkan oleh Belanda dengan nama Zondag-Maandag selama masa penjajahan. Ada pula yang menghubungkannya dengan permainan Hopscotch dari Britania Raya yang sudah eksis dimainkan sejak zaman Kekaisaran Romawi Kuno.
Ngomong-ngomong, TGR sudah pernah membahas permainan ini juga lho! Yuk, intip lagi di tautan berikut:
Cara bermain engklek juga terbilang mudah, Sobat TGR hanya perlu menggambar pola tertentu seperti pesawat, gunung atau bahkan kincir angin, kemudian Sobat TGR hanya perlu melompat sambil menggunakan satu kaki saja. Keseruan pada permainan engklek ini terletak pada tantangannya untuk menjaga keseimbangan agar tidak menyentuh garis atau jatuh. Tidak hanya itu, Sobat TGR juga akan membawa "gaco" berupa batu kecil atau pecahan genteng yang dilemparkan ke kotak tertentu sebagai bagian dari aturan permainan.
Pola Gambar dalam Permainan Engklek
Jadi bisa dibilang inti dari bermain engklek adalah untuk menyelesaikan setiap kotak tanpa menyentuh garis atau jatuh kehilangan keseimbangan. Nah jika berhasil, pemain dapat "mengeklaim" kotak yang dilewati dengan menaruh tanda di sana. Kotak ini menjadi zona aman atau rumah yang hanya boleh diinjak oleh pemiliknya, yang membuat permainan menjadi lebih kompetitif.
Sobat TGR juga hanya memerlukan kapur dan pecahan genteng apabila ingin bermain engklek, sehingga dapat dimainkan oleh berbagai kalangan. Lalu yang membuat permainan ini makin menyenangkan adalah karena siapa saja bisa memainkan permainan ini tanpa memandang jenis kelamin dan usia.
Bagi anak-anak, engklek adalah permainan yang menyenangkan dan penuh tantangan. Namun bagi orang dewasa, permainan ini bisa menjadi cara untuk mengenang masa kecil yang indah. Jadi, kapan terakhir kali Sobat TGR bermain engklek?
Kalau permainan ini, pasti Sobat TGR pernah mencobanya, kan? Lompat tali adalah permainan yang terbilang legend, namun jangan salah, lompat tali sangat menantang lho!
Konon katanya permainan ini sudah dimainkan di Mesir pada tahun 1600 SM, Ada juga pendapat lain menyebutkan bahwa permainan ini berasal dari China dan Jepang. Bahkan ada juga cerita kalau lompat tali dimainkan oleh Suku Aborigin di Australia, menggunakan tali dari tanaman rambat dan bambu hutan.
Hanya dengan menggunakan alat yang mudah ditemukan, yaitu tali panjang yang terbuat dari rangkaian karet gelang, Sobat TGR sudah bisa memainkan permainan tradisional ini, lho. Umumnya lompat tali ini sering dimainkan di halaman rumah atau lapangan terbuka. Nah yang menarik, tali yang dipakai dalam permainan sering dirangkai sendiri oleh anak-anak, yang membuat permainan menjadi seru dari awal hingga akhir!
Ilustrasi Anak-Anak Bermain Lompat Tali
(Dokumentasi TGR Community, 2019)
Lompat tali biasanya dimainkan oleh tiga orang atau lebih. Dua orang bertugas memegang ujung tali, mengayunkannya dengan ritme tertentu.
Sementara itu, pemain lainnya harus melompat masuk ke tali mengikuti ritme ayunan. Jika berhasil masuk, pemain akan tetap berada di dalam ayunan tali untuk terus melompat, tetapi jika tali menyentuh tubuh, giliran akan berpindah.
Nah serunya, tingkat kesulitan lompat tali bisa ditingkatkan sesuai kesepakatan pemain. Misalnya, tali bisa digerakkan lebih cepat, dinaikkan lebih tinggi, atau dilakukan dengan berbagai gaya lompat. Sobat TGR yang pernah memainkannya pasti tahu bagaimana hebohnya melompat sambil bersorak dan tertawa bersama teman-teman.
Permainan ini ternyata bukan hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Lompatan yang terus-menerus melatih otot kaki dan memperkuat daya tahan fisik. Selain itu, permainan ini meningkatkan koordinasi tubuh, terutama dalam mengatur gerakan antara mata, kaki, dan irama tali.
Sayangnya, saat ini lompat tali sudah jarang terlihat dimainkan dan mulai tergeser oleh aktivitas modern seperti bermain gadget. Padahal, lompat tali adalah cara yang murah dan seru untuk tetap aktif.
Bagaimana kalau Sobat TGR mengajak keluarga atau teman-teman bermain lompat tali lagi? Siapa tahu, permainan ini bisa kembali menjadi favorit di tengah-tengah kita!
Kalau permainan yang ini merupakan permainan yang berasal dari Indonesia bagian timur, khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT). Rangku alu dimainkan dengan menggunakan empat batang bambu yang disusun membentuk pola persegi panjang.
Ilustrasi Anak-Anak Bermain Rangku Alu
(Dokumentasi TGR Community, 2018)
Dua orang bertugas memegang ujung bambu dan menggerakkannya dengan ritme tertentu, sementara pemain lainnya melompat-lompat di antara bambu tersebut. Tantangannya adalah menghindari kaki terjepit saat bambu saling bertemu. Seru, bukan?
Asal-usul rangku alu cukup menarik, permainan ini awalnya merupakan bagian dari ritual panen masyarakat Manggarai. Gerakan melompat melambangkan rasa syukur kepada alam atas hasil panen yang melimpah. Dari sebuah tradisi, kini rangku alu telah berkembang menjadi permainan yang bisa dinikmati berbagai kalangan.
Ngomong-ngomong, TGR sudah pernah membahas permainan ini juga lho! Yuk, intip lagi di tautan berikut:
Sobat TGR, tahukah kalian bahwa permainan ini mengandalkan harmoni antara ritme bambu dan kelincahan kaki pemain? Kerjasama antara penggerak bambu dan pelompat menjadi kunci utama. Inilah yang membuat rangku alu tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengajarkan pentingnya kerja sama dan koordinasi.
Bambu Dalam Permainan Rangku Alu
(Dokumentasi TGR Community, 2019)
Bermain rangku alu ternyata juga menyehatkan, gerakan melompat secara terus-menerus mampu melatih otot kaki dan meningkatkan ketahanan fisik. Selain itu, permainan ini dapat melatih konsentrasi dan refleks pemain. Anak-anak hingga dewasa bisa mendapatkan manfaat fisik dan mental dari permainan ini.
Sobat TGR yang penasaran ingin mencoba tidak perlu khawatir, jika bambu sulit ditemukan, batang kayu atau pipa plastik juga bisa digunakan sebagai pengganti. Dengan sedikit kreativitas, Sobat TGR bisa memainkan permainan ini kapan saja dan di mana saja, asalkan ada cukup ruang untuk melompat.
Saat ini, rangku alu sering diperkenalkan kembali dalam acara budaya atau festival tradisional. Jadi, Sobat TGR sudah kebayangkan serunya melompat-lompat sambil tertawa bersama? Tunggu apa lagi, ajak teman-teman atau keluarga untuk mencoba rangku alu!
Ilustrasi Anak-Anak Bermain Balap Karung
(Dokumentasi TGR Community, 2019)
Balap karung merupakan salah satu permainan yang identik perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Tapi tahukah Sobat TGR, kalau permainan ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda?
Awalnya balap karung dimainkan oleh anak-anak berusia 6-12 tahun di acara perayaan sekolah-sekolah Belanda. Seiring waktu, balap karung ini diadaptasi oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Betawi sebagai bentuk hiburan yang murah dan meriah. Balap karung pun menjadi simbol semangat kegembiraan rakyat Indonesia yang sederhana namun penuh makna.
Cara bermainnya terbilang cukup mudah namun tetap challenging, peserta hanya perlu menggunakan karung berbahan goni yang cukup besar untuk menutupi tubuh mereka dari kaki hingga pinggang. Dengan posisi ini, peserta harus memasukkan kedua kaki ke dalam karung dan memastikan agar karung tidak mudah melorot saat mereka mulai melompat.
Untuk menjaga keseimbangan, tangan sering kali digunakan untuk memegang tepi atas karung, menambah tantangan dalam bergerak. Sobat TGR yang pernah mencoba pasti tahu betapa sulitnya menjaga keseimbangan sambil melompat-lompat di dalam karung.
Karena berjalan atau berlari dilarang dalam permainan balap karung, peserta harus memastikan setiap langkah dilakukan dengan lompatan. Terkadang lompatan yang terlalu lebar atau terburu-buru sering kali membuat peserta kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Menariknya, balap karung juga memiliki berbagai variasi. Di beberapa daerah, permainan ini dimainkan menggunakan atribut tambahan, seperti helm atau topeng lucu yang membuat permainan semakin menghibur. Dalam versi beregu, peserta bekerja sama untuk menyelesaikan lintasan balap karung secara bergantian, mirip dengan lomba lari estafet.
Variasi Balap Karung Menggunakan Helm
Di balik keseruannya, terdapat nilai-nilai seperti ketangkasan, kerjasama, dan ketahanan yang penting untuk diajarkan kepada generasi muda. Jadi, apakah Sobat TGR sudah siap mencoba balap karung lagi?
Selanjutnya, permainan terakhir yang akan dibahas adalah permainan melompat yang populer di berbagai daerah terutama di daerah Sulawesi, lompat jengkal, atau dikenal juga dengan sebutan ma'jengkal.
Lompat jengkal dimainkan secara berkelompok, biasanya oleh minimal tiga orang. Dua pemain berperan sebagai penjaga yang duduk berhadapan dan menyusun jengkal tangan mereka sebagai rintangan, sementara pemain lainnya bergiliran melompat melewati rintangan tersebut.
Ilustrasi Anak-anak Bermain Lompat Jengkal
Permainan dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi penjaga. Kedua penjaga kemudian duduk berhadapan dan menyusun tangan mereka secara bertingkat, mulai dari satu jengkal hingga empat jengkal. Pemain lain harus melompati rintangan ini namun jika gagal, mereka akan bergantian menjadi penjaga.
Menariknya, variasi rintangan dalam lompat jengkal tidak hanya menggunakan tangan. Beberapa versi permainan menambahkan rintangan dengan kaki atau kombinasi tangan dan kaki, meningkatkan tantangan dan keseruan permainan.
Ngomong-ngomong, TGR sudah pernah membahas permainan ini juga, lho! Yuk, intip lagi di tautan berikut:
Variasi permainan jengkal menggunakan kaki
Asal-usul lompat jengkal tidak terdokumentasi dengan jelas, namun permainan ini telah menjadi bagian dari permainan lokal di berbagai daerah Indonesia. Permainan ini mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama, sportivitas, dan kreativitas dalam menciptakan variasi rintangan.
Selain menyenangkan, lompat jengkal memiliki manfaat bagi perkembangan fisik dan sosial anak-anak. Melalui lompatan dan interaksi dengan teman sebaya, permainan ini membantu melatih keterampilan motorik kasar serta kemampuan bersosialisasi.
Jadi Sobat TGR, siapa yang siap melompat paling tinggi? Yuk, kita coba permainan lompat jengkal sekarang!
Gimana nih, Sobat TGR? Sudah tahu kan lima permainan tradisional seru yang dimainkan pakai cara melompat? Tapi, kayaknya masih ada deh permainan lain yang belum disebut. Ada yang mau nambahin? Lupakan Gadget-mu, Ayo Main di Luar! (IQI/ed.NRA)
Bagi Sobat TGR yang tertarik untuk berkolaborasi dengan kami, baik untuk menjadi pengisi acara, tenant, atau bahkan narasumber. Yuk, klik tautan di sini untuk info lebih lanjut!
Writer: Risqi Apriansah
Editor: Naura Ashyffa
Graphic Designer: Indiana
QC/Publisher: R. Harvie R. B. R
Ahmed, A., & Skadron, K. (2019). Hopscotch. Proceedings of the International Symposium on Memory Systems. https://doi.org/10.1145/3357526.3357574
Aslam, I. J. (2023). Balap Karung, Permainan Tradisional yang Sering Dilombakan dalam Perayaan Kemerdekaan Indonesia. Good News From Indonesia. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/08/12/balap-karung-permainan-tradisional-yang-sering-dilombakan-dalam-perayaan-kemerdekaan-indonesia
A, T. P. (2017). Jejak-jejak Permainan Tradisional Indonesia untuk Pembelajaran Kesenian di SD/MI. UMMPress.
Guru Sakti. (2022, October 12). Permainan Lompat Jengkal Anak Pasti suka 2023 [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=1Sxx_6L3BB4
Indriyani, D., Muslihin, H. Y., & Mulyadi, S. (2021). Manfaat Permainan Tradisional Engklek dalam Aspek Motorik Kasar Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 9(3), 349. https://doi.org/10.23887/paud.v9i3.34164
MPd, R. N. S. S. (2022). Permainan Tradisional Nusantara. Uwais Inspirasi Indonesia.
MSos, D. R. H. S. (2020). Kompilasi Permainan Rakyat: Menggali Nilai-nilai Budaya pada Khazanah Folklor Indonesia. ABQARIE BOOKS.
Putri, O. M., Qalbi, Z., Delrefi, D., & Putera, R. F. (2021, July 1). Pengaruh Permainan Lompat Tali Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 tahun. Jurnal Ilmiah Pesona PAUD. https://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/view/111072/105288
Permainan Tradisional Rangku Alu. (2021). Himpunan Mahasiswa DKV. https://student-activity.binus.ac.id/himdkv/2021/07/permainan-tradisional-rangku-alu/
Rahmat, R. F., Ramadhan, R., Arisandi, D., Syahputra, M. F., & Sheta, O. (2018). Rangku Alu – a traditional East Nusa Tenggara game in Android platform. Journal of Physics Conference Series, 978, 012103. https://doi.org/10.1088/1742-6596/978/1/012103
Permainan Tradisional Traditional Games Returns Permainan Tradisional Yang Dimainkan Dengan Cara Melompat Engklek Rangku Alu Lompat Tali Balap Karung Lompat Jengkal
Mitra Kolaborasi:
Copyright © 2017 - 2025 Traditional Games Returns All rights reserved.