Relawan, Rela Ditawan
Kamis,
06 September 2018
~ Oleh Traditional Games Returns ~ Dilihat 1636 Kali
Oleh: Siti Rohmatulloh, Tim TGR
Menjadi bagian dari sebuah pergerakan sosial. Sederhana, kecil. Akan tetapi memberikan kesempatan untuk melihat diri sendiri dan memberikan ruang menemukan kebahagiaan versi pribadi.
Traditional Games Return merupakan sebuah gerakan yang mengampanyekan permainan tradisional. Tentu saja menyasar anak-anak. Selain untuk pelestarian permainan tradisional itu sendiri, kampanye ini juga sebagai salah satu upaya pemenuhan hak anak.
Bermain. Ya, main dengan bebas. Sederhana, bukan? Bersama anak-anak, kita dapat merasakan betapa ampuhnya senyuman dan canda tawa karena hal-hal yang sederhana. Anak-anak mengingatkan bahwa dunia masih tetap merupakan tempat terbaik untuk bernaung sambil memperlihatkan kenyataan yang ingin kita percaya. Mata dan tawa mereka adalah gambaran sederhana atas apa yang disebut “bahagia”.
Apa yang bisa didapat dari menjadi bagian sebuah pergerakan? Bukankah yang ada hanyalah pengorbanan waktu, dana, dan tenaga? Mereka yang pernah terlibat mungkin setuju jika dikatakan justru mereka lah yang menerima lebih banyak keuntungan. “Waktu”, yang dapat benar-benar dirasakan sebagai milik sendiri adalah ketika bermain. “Tenaga”, mendapatkannya kembali dengan melakukan yang disuka, termasuk bermain. Tentu saja, pelajaran tentang “moral”. Merekalah kertas putih yang dapat menjadi tempat melukis harapan baru atas moral yang sulit memenangkan pertarungan mealawan upaya mempertahankan eksistensi, oleh mereka yang mneyebut dirinya “dewasa”.
Keseruan permainan semasa kanak-kanak zaman 90-an tentu berbeda dengan wujud keseruan yang dirasakan anak-anak milenial. Tulisan ini tidak bermaksud menyebut lebih seru masa A daripada masa B. Akan tetapi, jangan takut mengakui kekhawatiranmu terhadap keseruan anak-anak milenial yang disediakan kemajuan teknologi dengan risiko mengganggu perkembangan sosialnya.
Menjadi relawan dalam sebuah pergerakan sosial mengajarkanmu rela ditawan untuk kepentingan yang terlihat "tidak ada kaitannya" dengan rutinitas dan target atau bahkan kewajiban sehari-hari. Lebih dari itu, aktivitas kerelawanan memberimu energi positif yang justru menjadi pendongkrak semangat untuk menjalani hal lainnya. Tidak ada larangan untuk merasa iri dengan mereka yang telah lebih dulu berkomitmen, mengambil tempat mereka sendiri dan menemukan cara yang tepat bagi mereka untuk memberdayakan diri bagi orang lain. Tidak perlu malu mengakui diri sendiri yang masih mencari tempat, cara, dan kesempatan untuk belajar bermanfaat.
Anak-anak tidak pernah membosankan dan merupakan cermin yang jujur. Tidak hanya karena kepolosannya saja, melainkan juga karena daya mereka yang membuat kita enggan berkata tidak jujur pada mereka. Ketika kita mengatakan dunia mereka adalah tempat bermain yang mengasyikkan, maka kita harus menunjukkan bahwa bermain di dunia luar memang menyenangkan sebagaimana yang kita syukuri pernah kita rasakan dulu.
Permainan tradisional hanya membutuhkan teman untuk melakukannya. Apapun bisa dijadikan permainan, dari pelepah pisang, bambu, kain, kerikil, bahkan tanah. Jumlah jenis permainan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia tidak sedikit. Bagi kita itu permainan. Untuk anak-anak, itu juga hal yang membantu perkembangan motorik dan hubungan sosialnya dengan sekitar.
Saat ini, tidak sedikit anak-anak yang terpaku dengan permainan di gawai atau perangkat elektronik lainnya. Beruntung bagi anak-anak yang meski tidak banyak bermain di luar namun perhatiannya masih dapat dialihkan pada kegemaran lain yang bermanfaat. Sebagian yang lain mungkin dimanjakan dengan adanya PS atau jenis dan cara permainan lain yang tidak membutuhkan keluar dari rumah. Interaksi dengan teman sebaya pun terbatas pada sekolah. Sayangnya, ini memang akibat berkurangnya lahan/tempat bermain anak (alam, pekarangan, lapangan dan lain-lain) sehingga yang bermunculan adalah taman bermain anak di tempat tertentu yang diisi dengan permainan seluncur dan ayunan, tidak ada instrumen permainan seperti gasing atau lainnya, apalagi layangan. Bagaimana mungkin mengejar layangan di antara tembok-tembok rumah yang tinggi dan jalanan yang padat?
Maka, tidakperlu ragu untuk mengajak orang-orang sekitar melakukan sesuatu yang kita anggap baik nan menyenangkan, sesederhana mengajak anak-anak bermain. Mengambil peran di tengah masyarakat justru memberikanmu kesempatan mengenali diri dan memahami peranmu sendiri di lingkungan yang lebih luas. Tim Traditional Games Return adalah salah satu kelompok yang mencoba mengakomodasi keinginan “bermain” itu. Melalui kampanye permainan tradisional, tidak hanya anak-anak yang disenangkan, pegiatnya pun dibanggakan. Jadi, Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar!!!
Sumber : https://www.statusfan.com/mading/relawan-rela-ditawan-tgrcampaign
Traditional Games Returns Tgrcampaign Lupakan Gadgetmu Ayo Main Di Luar Permainan Traditional