Cinta Ditolak, Gasing Berputar! Menguak Gasing Tengkorak: Permainan Gasing yang Terlarang
Minggu,
17 Maret 2024
~ Oleh Traditional Games Returns ~ Dilihat 1431 Kali
Halo sobat TGR! Siapa yang sudah tidak asing lagi dengan permainan gasing? Permainan yang dimainkan dua orang atau lebih dengan cara diputar ini pernah sempat ramai kembali pada awal tahun 2000-an disaat kartun yang berasal dari Negeri Sakura berjudul “Beyblade” tayang. Kartun ini meningkatkan animo untuk bermain gasing pada masyarakat walau pun memang yang dimainkan bukanlah gasing tradisional. Permainan gasing tradisional ini dapat ditemukan di berbagai belahan Nusantara bahkan telah menjadi identitas bangsa Indonesia itu sendiri.
Berbagai jenis gasing yang ada di Indonesia
Sumber : https://bobo.grid.id/read/08677572/gasing-dan-kebudayaan-indonesia
Gasing sendiri sebagai identitas Bangsa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai permainan saja lho sobat TGR, melainkan memiliki fungsinya masing-masing tergantung wilayah persebarannya. Seperti di Aceh, pada zaman dahulu, tepatnya pada era Kerajaan Aceh Darussalam gasing disebut sebagai cara memilih calon penerus Sultan Iskandar Muda. Bagi suku Melayu, gasing menjadi bagian dalam perayaan musim tanam dan panen serta menjadi media untuk meramal. Berbeda dengan Pulau Jawa khususnya Demak, gasing dimainkan saat pergantian musim hujan menuju musim kemarau dan di Sumatra Barat khususnya suku Minang, gasing digunakan untuk ilmu hitam. Gasing yang digunakan untuk ilmu hitam oleh suku Minang ini disebut dengan “gasiang tengkurak”.
Gasiang tengkurak atau dalam Bahasa Indonesia yaitu gasing tengkorak merupakan salah satu bentuk ilmu hitam yang berkembang di tanah Minang, khususnya di daerah Taeh Baruah, Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Wardizal (2022) menjelaskan bahwa gasiang tangkurak digunakan untuk aktivitas ritual magis yang bernama “basirompak”. Menurut Arianda dan Yensharti (2023), kata “basirompak” sendiri berasal dari Bahasa Minang yang berarti rampok atau paksa, sehingga ritual basirompak merupakan ritual dengan tujuan untuk merampok atau memaksa hati seorang wanita. Seperti guyonan orang Jawa tempo dulu yaitu “cinta ditolak, dukun bertindak”, sehingga fungsi dari gasing tengkorak ini untuk pelet bagi masyarakat Minang tempo dulu.
Biasanya gasing dibuat menggunakan kayu, lain halnya dengan gasing tengkorak. Sesuai dengan namanya, gasing tengkorak dibuat dengan tengkorak manusia khususnya tulang dahi. Menurut Rahmadhani (2016), tulang dahi dari orang yang meninggal dipercaya oleh masyarakat Minang memiliki ilmu kebatinan yang tinggi, sehingga tulang dahi dipilih. Tulang dahi manusia ini dibolongi dan dimasukan sebuah benang yang terkenal di dunia perdukunan, yaitu benang pincono sebagai tali untuk memainkan gasing ini. Sebelum memulai ritual ini, orang yang meminta bantuan pada Pawang Sirompak (dukun) akan menyiapkan beberapa sesaji seperti nasi kuning, beras rendang, bunga panggia-panggia, kemenyan, dan unsur yang melekat pada tubuh korban (bisa pakaian mau pun rambut). Bagaimana sobat TGR, sudah terasa seramnya belum?
Gambar Gasing Tengkorak
Sumber : https://www.jurnalissumbar.com/2021/03/gasiang-tangkurak.html
Sesaji mau pun alat-alat untuk memulai ritual ini sudah siap sedia, lalu Pawang Sirompak memulai kegiatan “jahat” ini pada malam Jumat di tempat-tempat yang dipercaya memiliki aura mistis yang disebut Tanjung atau pun langsung di depan rumah si korban. Ritual dimulai ketika Pawang sirompak membakar kemenyan dan gasing tengkorak mulai dimainkan dengan menyebut nama korban serta membacakan mantra. Berikut mantra gasing tengkorak :
“Hei Inyiak Sialebace nan diam dipintu langik (Wahai Tetua Sialebace yang berdiam di pintu langit)
Hei Inyiak Sialelinta nan tagak dipintu bumi (Wahai Tetua Sialelinta yang berdiri di pintu bumi)
Mangko turun sarato patuih, mangko tibo sarupo kilek kabadan diri si__ (Supaya turun beserta petir, supaya datang seperti kilat ke badan diri si__(nama korban))
Baolah pasan dari ambo (Bawalah pesan dari saya)
Pasan sarato Gasiang Tangkurak (Pesan beserta gasing tengkorak)
Kok nyo lalok tolong jagoan (Jika dia tidur tolong bangunkan)
Koknyo tagak suruah bajalan sujuik nyo dikaki ambo (Jika dia berdiri suruh berjalan bersujud dikaki saya)
Gasiang banamo __ (Gasing bernama __(yang punya tengkorak))
Mati tabujue basimbah darah (Mati terbujur bersimbah darah)
Kafan kaganti talinyo (Kafan sebagai pengganti talinya)
Putuihlah gasiang putuih makripaik (Putihlah gasing putih makrifat (puncak ilmu tertinggi))
Tabang malayang karumah si__(Terbang melayang ke rumah si__(nama korban))”
Mantra selesai disebutkan, maka sang korban pada saat tertidur mulai mengikuti perintah Pawang Sirompak untuk datang menuju ke rumah sang peminta bantuan. Kasus pelet ala Minang yang tercatat dilansir dari Radar Utara, Gafur (2023) mencatatkan bahwa ada kejadian sekitar tahun 90-an yang mengantar anaknya kepada seorang ahli agama (ustad) karena diduga terkena pelet gasing tengkorak sehingga kondisi anaknya sudah setengah gila. Namun seiring berkembangnya agama Islam di tanah Minang, praktik perdukunan seperti ini terlebih lagi ilmu hitam telah dilarang dan lambat laun dilupakan oleh masyarakat bahkan menjadi sebuah legenda tersendiri bagi masyarakat Minang.
Legenda gasing tengkorak ini diabadikan menjadi sebuah film layar lebar berjudul “Gasing Tengkorak” pada tahun 2017 yang diisi oleh aktor dan aktris kenamaan seperti Nikita Willy, Vocke Victoria dan Randy Krisna. Selain diangkat menjadi film layar lebar, gasiang tengkurak sendiri menjadi judul lagu yang dinyanyikan oleh musisi asal Minang yaitu Ratu Sikumbang, serta menjadi pertunjukan seni tersendiri bagi rakyat minang.
Bagaimana kisah gasing tengkorak ini sobat TGR? Kalau memang cinta ditolak lebih baik relakan saja gak sih? Daripada main dukun-dukunan seperti ini, sudah gak zaman keles… Lagi pula gasing tengkorak sendiri merupakan sebuah legenda yang kebenarannya perlu studi lebih lanjut. Namun sisi baiknya menginspirasi musisi, pembuat film, mau pun pelaku budaya dalam pembuatan karyanya sehingga dapat mempromosikan kekayaan budaya Indonesia khususnya Sumatra Barat. Kalau mau main gasing yang normal-normal saja ya sobat TGR! jauh lebih bermanfaat dan seru kok. Jadi…Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar! (HRV/ed.RN).
Bagi Sobat TGR yang tertarik untuk bekerja sama dengan kami, mulai dari menjadi pengisi acara, tenant, hingga narasumber, bisa klik tautan di sini ya, Sobat.
Referensi :
Arianda, M, & Yensharti, Y. (2023). Gasiang Tangkurak/Sirompak Sebagai Inspirasi Karya Musik Dalam Seni Pertunjukan Tradisi Minangkabau. Jurnal Riset Rumpun Seni, Desain Dan Media, 2(2), 180–189. https://doi.org/10.55606/jurrsendem.v2i2.1638
Gafur, Abdul. (2023). Mantra Sabagai Bantuak Puisi Lamo nan Tumbuah di Budayo Minangkabau.https://www.jurnalissumbar.com/2022/06/mantra-sabagai-bantuak-puisi-lamo-nan.html. Diakses 16 Maret 2024.
Rahmadani. (2016). Garak jo Garik : Pengkajian dan Penciptaan Seni. Padang Panjan : ISI Padangpanjang.
Rumbanlau, R.E. (2021). Permainan Gasing: Tergerusnya putaran permainan 'kampungan' - Filosofi 'keseimbangan hidup' yang terlupakan dan kehilangan fungsi. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58814171 . Diakses 16 Maret 2024.
Wardizal, W. (2022). Realitas Magis pada Musik Tradisi Minangkabau: Sebuah Perspektif Kajian Budaya. Journal of Music Science, Technology, and Industry, 5(1), 131–150. https://doi.org/10.31091/jomsti.v5i1.1979
Permainan Tradisional Gasing Gasing Tengkorak Sumatra Barat Traditional Games Returns