Traditional Games Returns

Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar!

Gaya Parenting Ueno Family: YAY or NAY? Kontroversi Menjahili Anak Terus Menerus

Minggu, 22 September 2024 ~ Oleh Traditional Games Returns ~ Dilihat 217 Kali

  Halo, Sobat TGR! Siapa sih yang tidak kenal dengan Ueno Family? Itu lho, keluarga Youtuber yang akhir-akhir ini trending di media sosial. Ueno Family pada dasarnya adalah keluarga multikultural yang terdiri dari seorang suami orang Jepang yaitu “Pak Bambang” (Kenichiro Ueno), istri orang Indonesia yaitu “Mama Mega”(Erna Megawari), dan kedua anak mereka yaitu Natsuki serta Ritsuki. 

  Kombinasi keluarga campuran seperti ini acap kali menyebabkan rasa penasaran dari netizen. “Seperti apa sih anaknya?”, “apa sih perbedaannya dengan keluarga biasa?”, bagaimana sih gaya parenting mereka?”, serta keunikan lainnya.

Potret Ueno Family

  Seperti yang kita tahu, Mama Mega kerap membagikan momen-momen pendek terkait daily life dan interaksi-interaksi dari keluarga tersebut di Jepang. Dari postingan-postingan tersebut nampak sekali bagaimana sistem parenting yang ada di keluarga ini bekerja, seperti nilai-nilai etika serta kesopanan, terlihat dari kebiasaan mereka mengucapkan “arigatou” (terima kasih), “gomenasai” (maaf), dan “tolong” dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tergolong baik, lho sobat! Karena dari kecil anak sudah diajarkan basic manners.

Anak-Anak Ueno Family Diajarkan Membantu Sejak Kecil & Bermain Ular Tangga

  Bahkan Sobat TGR, Mama Mega mengajarkan anak-anaknya untuk membantu orang tua sejak dini dan mereka tidak diberi gadget lho! Terlihat Pak Bambang mengajak mereka bermain ular tangga, salut banget deh!

Kontroversi Parenting Ueno Family

   Namun, belakangan ini, muncul kontroversi dari pola asuh Mama Mega pada anak bungsunya yaitu Ritsuki yang dinilai tidak tepat. Kenapa bisa begitu? Usut punya usut, muncul berbagai potongan video diambil dari konten Ueno Family yang menunjukkan kalau Mama Mega sering kali membuat Ritsuki kaget, takut, dan bahkan menangis. Netizen kemudian menilai bahwa pola asuh seperti ini dapat memicu trauma pada anak.

Mama Mega Menjahili Ritsuki dengan Mendorongnya

Mama Mega Menjahili Ritsuki dengan Meletakan Panci di Kepalanya

  Dilansir dari cuplikan video di atas, Mama Mega terlihat beberapa kali menjahili si bungsu yaitu Ritsuki hingga menangis. Ditambah lagi dengan adanya sebuah thread dari X yang memantik pembahasan tentang gaya parenting-nya Mama Mega ini.

Pendapat Netizen Mengenai Parenting Ueno Family

Sebuah Thread dari Akun @Denald

  Berdasarkan dari thread tersebut akun @Denald merasa sedih karena ada seorang ibu yang merekam dirinya menjahili anaknya hingga nangis serta dijadikan sebuah konten. Bahkan, dia bingung di mana letak kelucuan dari perlakuan ini? Netizen terpecah menjadi dua kubu untuk menanggapi thread ini.  

Pendapat Netizen yang Kontra Terhadap Thread dari @Denald

Pendapat Netizen yang Pro Terhadap Thread dari @Denald

  Ada netizen yang menganggap bahwa @Denald hanya terlalu mencampuri dan berkomentar “negatif” tentang gaya parenting dari Mama Mega, bahkan ada yang bilang ia (@Denald) hanyalah emak-emak online yang hanya bisa komplain saja tanpa tahu apa-apa. Namun, ada juga yang pro serta peduli terhadap kasus ini, seperti kasihan dengan anaknya karena kesannya hanya dianggap sebagai “objek” konten dan bahkan ada yang membahas lebih serius lagi dari sisi medis.

Tanggapan Mama Mega

  Menanggapi hal ini, Mama Mega kemudian muncul dengan memberikan pendapatnya melalui broadcast channel pada aplikasi WhatsApp, yaitu: “Besti banyak yang DM tentang Twitter membahas Umma. Daijobu yo, gak usah diladenin dan aku gak mau menyenggol orang. Kalau tidak suka dengan parenting-ku, tidak masalah, itu hak kalian,” ujarnya.

Broadcast Channel dari Ueno Family di WhatsApp

  Kontoversi yang terjadi belakangan ini, menimbulkan sebuah pertanyaan: “Benarkah, jika menjahili anak hingga takut dan menangis dapat menyebabkan trauma masa kecil pada dirinya hingga dewasa nanti?” Menjahili dan menakut-nakuti pada dasarnya merupakan salah satu pola asuh yang dapat berbuntut panjang pada tumbuh kembang anak.

  Kedua perilaku tersebut, ternyata termasuk ke dalam kekerasan secara verbal pada anak lho, Sobat TGR! Selain menakut-nakuti, kekerasan verbal pada anak secara umum tergambar dari perilaku membentak, mengkritik, mengancam, menghina, dan memberikan julukan negatif pada anak (labelling). 

  Berdasarkan penelitian dari Zahara dkk (2018), persentase orang tua yang melakukan kekerasan verbal pada anak mencapai 58%. Ditambah data dari penelitian oleh Siti Nurjanah dkk (2022) di Kabupaten Tegal, bahwa terjadi orang tua yang mempermalukan anak di depan umum sebanyak 42 kasus. 

  Mirisnya, dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerasan verbal terhadap anak menjadi sebuah fenomena yang dinormalisasi oleh para orang tua di Indonesia. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa hal tersebut “wajar” dilakukan sebagai cara untuk mendisiplinkan anak. Duh!

Lantas, Gimana sih Dampaknya ke Tumbuh Kembang Anak?

  1. Berdampak pada Psikologis Anak

  Yusuf (2015) mengutarakan bahwa menakuti dan mengintimidasi anak dapat mengakibatkan luka pada mental anak. Mereka yang tumbuh besar dengan mengalami kekerasan verbal akan berpengaruh pada psikologis, perilaku dan interaksi sosial pada anak nantinya.

Ilustrasi Psikologis Anak Terganggu

  1. Gangguan Kognitif

  Kekerasan verbal dapat berpengaruh pada perkembangan saraf dan otak, yaitu adanya perubahan perilaku sehingga mengakibatkan gangguan kognitif pada anak dalam tumbuh kembangnya.

  1. Perubahan Perilaku

  Dampak psikologis akibat kekerasan yang didapatkan anak dapat menimbulkan dampak negatif pada perilakunya, seperti takut bersosialisasi, agresif, pasif, dan mudah frustasi. Perubahan mood dan gangguan tidur juga dapat terjadi pada anak.

  Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan verbal pada anak oleh orang tua banyak terjadi dan dinormalisasikan dewasa ini. Berbagai bentuk kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang tua sering kali dianggap sepele dan tidak disadari dapat menanamkan trauma dan rasa takut pada anak yang kemudian berpengaruh dalam perilaku dan tumbuh kembangnya hingga dewasa nanti.

  Terlepas dari itu semua, keluarga ini sebenarnya layak mendapatkan apresiasi kok, karena perbaduan gaya parenting Jepang dan Indonesia, khususnya Jawa dapat menjadi hal yang spesial seperti yang telah dijelaskan di awal tadi. Lagi pula, Mama Mega tidak sepenuhnya hanya menjahili saja, namun ia juga kerap menenangkan anak-anaknya (walaupun hal ini juga tidak dibenarkan).

  Setiap gaya parenting memiliki nilai positif dan negatifnya masing-masing, sehingga tidaklah sempurna. Gaya parenting dari Mama Mega yang tidak memberikan gadget ke anaknya, interaktif, dan menyenangkan boleh banget kok ditiru, namun untuk menjahili anaknya tidak dianjurkan untuk ditiru ya, sobat! Karena ditakutkan dapat menimbulkan trauma pada si kecil di kemudian hari.

  Yuk kita lebih aware dengan kondisi di sekitar kita ya! Jangan sampai melanggengkan kekerasan verbal pada anak dan ayo kita mulai memberikan banyak afirmasi positif pada mereka! Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar! (Naura (Kontributor)/ed. HRV)

  Untuk Sobat TGR yang ingin berkolaborasi dengan kami, mulai dari menjadi pengisi acara, tenant hingga narasumber, hubungi kami dengan klik tautan ini ya.

Referensi:

Farhan, Z., Suharta, D., & Ratnasari, D.  (2018). Faktor-faktor  yang melatarbelakangi orang tua melakukan verbal abuse pada anak usia sekolah 6-12 tahun di Kabupaten Garut. Jurnal Keperawatan Malang, 3(2), 101-108.

Meidalinda, N. P. M., & Tobing, D. H. (2024). Gambaran Kekerasan Verbal Oleh Orangtua Terhadap Anak-Anak Di Indonesia. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(2), 4131-4144. 

Riyanto,  A.,  &  Khotimah,  K.  (2022).  Bentuk-Bentuk  Perilaku  Verbal  Abuse  yang  Dilakukan Orang  Tua  Pada  Anak  Usia  Prasekolah  Di  Desa  Sukareja  Kecamatan  Warureja Kabupaten  Tegal  dan  Implikasinya  Pada  Pembelajaran  Bahasa  Indonesia  di  SMA. Jurnal Wahana Pendidikan, 9(1), 67-78.

Utama, T. S. C., Pasaribu, J., & Anggraeni, L. D. (2020). Persepsi ibu tentang kekerasan pada anak toddler dan preschool. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 3(1), 28-34.

Yusuf,  A.H.,  Rizky,  F,  &  Hanik  Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperwatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medik

 

Traditional Games Returns Tgr Parenting Ueno Family Dampak Menjahili Anak Pada Psikologi Kontroversi Ueno Family
Komentari Tulisan